Monday, May 24, 2010

Tinta

Tangan pendita tercalit tinta pena
ibarat darah terpalit di tubuh perwira
rupanya kotor
namun sebenarnya asam garam dalam perjuangan
tiada apa yang nak dihiraukan
hanya secebis cabaran yang tidak memberi sebarang tamparan

Hujan

Butir-butir mutiara yang telus seperti permata jatuh dari kabus kelabu membentuk permukaan kaca kemudianya menjadi pertaka
mengelamkan ibu kota
menjadikan ia derita kepada warganya
memusnahkan seribu satu anganan
namun di celah-celah warga
ada yang mengangapnya ia rahmat tidak terhingga
mengisikan ruang-ruang ditanah gersang
menghijaukan pohon-pohon perang kekeringan
menyental udara kotor ibu kota
menyegarakan ia seakan di banjaran titiwangsa


Saturday, May 15, 2010

Harapan



terima aku seadanya
kerna selamanya aku tidak akan sempurna
hormati aku sebaiknya
kerna aku pemimpinmu melayari bahtera
percaya aku sebolehnya
kerna kau amanahku untuk selamanya

tidak ku pinta bintang beribu
tidak diharap emas dan batu
tidak dihajat muda selalu
mintaku hanya taati aku

hari ini marahmu
tidak ku mengerti apa salahku
semalam kau menentangku
katamu aku menipu mu
kemarin kau menyumpah seranahku
kerana aku tidak mampu

tidak ku sengaja semua ini
tidak jua ku minta ini terjadi
semuanya datang silih berganti
ku cuba elak semua ini terjadi

maafkan aku atas kilafku
ampuni aku atas degilku
sebaik mungkin teman janjiku

semoga yang luntur kembali berseri
semoga yang rengang kembali terpatri
itulah harapan dari lubuk hati
harap sampal hakiki